Minimnya minat BACA warga negara kita

Buku merupakan jendela ilmu pengetahuan, karena kita dapat memperoleh tambahan ilmu, wawasan maupun informasi terbaru. Buku juga bisa menjadi sarana hiburan dan wisata yang paling gampang ditemui dan murah karena kita bisa menjelajahi dunia dengan membaca buku.
Namum, kebutuhan akan buku sepertinya sangat rendah di masyarakat kita. Hal tersebut terbukti dengan rendahnya minat membaca dan menulis di masyarakat. Padahal aktivitas membaca ini sangat penting.
Membaca tidak hanya akan memberi kita informasi tetapi juga memberikan kita suatu pemahaman yang mendasar atas suatu objek kajian. Selain itu, membaca akan membuat kita berbeda dengan orang lain karena dalam berbicara, berdiskusi dan menulis akan senantiasa merujuk pada referensi bacaan.
Hal ini sangat disayangkan, karna semakin berkembangnya zaman,kita makin ketinggalan jikalau kita tidak memperkaya pengetahuan kita dengan membaca,sedangkan di ketahui bahwa buku adalah jendela dunia.
Tafsir paling dekat akan mengatakan bahwa masyarakat Indonesia belum memiliki budaya baca. Kasus ini mewabah hingga ke perguruan tinggi. Mahasiswa yang notabene akan menjadi generasi penerus bangsa yang diharapkan memiliki ilmu pengetahuan dan pengalaman justru bersikap minim dalam memanfaatkan buku.
Faktor tersebut disinyalir bukan hanya akibat kurangnya ketersediaan buku dan jurnal ilmiah pendidikan di perpustakaan universitas, namun akibat dorongan membaca tidak ditumbuhkan dalam jenjang pendidikan pra-perguruan tinggi.
Kurangnya minat baca bagi para mahasiswa itu disikapi pihak perguruan tinggi dengan membentuk forum-forum diskusi atau kegiatan bedah buku dan semacamnya dengan harapan kesadaran mahasiswa akan pentingnya buku akan tumbuh.

Berdasarkan hasil survei lembaga internasional yang bergerak dalam bidang pendidikan, United Nation Education Society and Cultural Organization (UNESCO), Kesempatan Baca Penduduk Indonesia Jauh di Bawah Negara Asia. Indonesia tampaknya harus banyak belajar dari negara-negara maju yang memiliki tradisi membaca cukup tinggi. Jepang, Amerika, Jerman, dan negara maju lainnya yang masyarakatnya punya tradisi membaca buku, begitu pesat peradabannya. Masyarakat negara tersebut sudah menjadikan buku sebagai sahabat yang menemani mereka kemana pun mereka pergi, ketika antre membeli karcis, menunggu kereta, di dalam bus, mereka manfaatkan waktu dengan kegiatan produktif yakni membaca buku. Di Indonesia kebiasaan ini belum tampak.
Menumbuhkan kebiasaan membaca harus dimulai dari keluarga. Orang tua berperan penting dalam menumbuhkan kegemaran membaca buku anak-anaknya. Untuk menjadikan anak memiliki kegemaran membaca, memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Pepatah Inggris mengatakan we first make our habits, then our habits make us. Sebuah watak akan muncul, bila kita membentuk kebiasaan terlebih dahulu. Artinya, bila orang tua ingin anaknya mempunyai kegemaran membaca buku, maka membaca buku perlu dibiasakan sejak kecil. Disamping perlunya keteladanan dari orang tua sendiri.
Saat ini, biaya pendidikan kian membumbung. Hanya kalangan tertentu saja yang dapat menikmati pendidikan formal sampai jenjang perguruan tinggi. Bagi mereka yang belum beruntung dari aspek ekonomi, sehingga tidak sempat mengenyam pendidikan tinggi, mestinya tidak berkecil hati. Membaca buku menjadi alternatif untuk bisa menjadi terpelajar layaknya orang yang mengikuti pendidikan formal.
Akan tetapi,anak jaman sekarang lebih fokus pada dunia hiburan dibandingkan dengan menuntut ilmu, seperti membaca buku2 pelajaran atau buku pengetahuan.
Masalah ekonomi mungkin juga menjadi pengaruh yang sangatlah besar terhadap minimnya minat baca di negri ini,akan tetapi semakin berkembangnya jaman sekarang sudahlah banyak buku2 yang lebih praktis, seperti EBOOK, bahkan sekarang juga sudah banyak pengetahuan2 yang di bahas di forum2 di internet,atau di sebar luaskan melalui situs2 WEB ataupun blog.
Dalam ajaran islam pun juga di anjurkan,dalam salah satu wahyu yang di turunkan oleh malaikat kepada nabi Muhammad SAW, yaitu IQRA yang artinya "BACALAH".